fbpx

“Aku atau Lingkunganku yang Toxic” : Friendship & Romantic Relationship

Seminar dan Pelatihan megenai Toxic Relationship dan Peer Counseling oleh Dema Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya

Biro Psikologi Empathy mendapatkan kesempatan untuk mengisi materi pada seminar dan Pelatihan Peer-Counseling pada tanggal 11 November 2023 yang diadakan oleh Dema Fakultas Psikologi dan Kesehatan berkolaborasi dengan Hima Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya yang berlokasi di Kampus Gunung Anyar. Dalam seminar kali ini diisi oleh pemateri Qurrota A’yuni Fitriana, M.Psi., Psikolog selaku Co-Founder & Clinical Psychologist Biro Psikologi Empathy yang memberikan penjelasan mengenai “Aku atau Lingkunganku yang Toxic” : Friendship & Romantic Relationship.

Berdasarkan penjelasan yang diapaparkan oleh pemateri, toxic relationship adalah hubungan tidak sehat antara dua individu yang bersifat merusak, dimana salah satu pihak berusaha memiliki kontrol yang lebih besar terhadap pihak lain.

Adakah dari kalian pernah merasakan dan bertanya-tanya “Aku toxic gak sih? atau lingkunganku yang toxic?”

Yang perlu diketahui, sikap toxic memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu:

  1. Selalu merendahkan dan hypercritical,
  2. Narsistik,
  3. Manipulatif dan mengontrol orang lain (pasangan, teman, keluarga) secara berlebihan,
  4. Kurang memiliki empati .

Berada dalam toxic relationship dapat membuat korban menarik diri dari lingkungan sosial dan merasakan emosi yang tidak stabil. Memangnya berdampak apa sih nantinya? Dalam jangka waktu yang lama, keadaan ini dapat memberikan dampak yang lebih kompleks bagi kesehatan mental seseorang, antara lain;

Fisik, individu yang menjalani toxic relationship berpotensi melakukan kekerasan pada pasangan atau temannya. Bagi diri sendiri, akan juga beresiko akan melakukan self-harm yang dapat membahayakan bagi diri.

Sosial, adanya pengekangan dari pasangan membuatnya memiliki batasan dalam bersosial serta menjadi ketergantungan pada teman atau pasangan.

Psikis, berdampak pada munculnya pikiran-pikiran negatif, kesulitan berkonsentrasi, menurunnya motivasi diri, hingga muncul gangguan psikologis.

Ekonomi, menyebabkan individu mengalami penurunan kontrol manajemen finansial karena menuruti pasangan atau teman.

Beberapa dari kita beranggapan bahwa toxic relationship tidak dapat diperbaiki. Pada faktanya, hubungan ini dapat diperbaiki dengan cara menerapkan suatu kunci, yaitu berada pada kenginan kedua individu yang saling terikat untuk berubah. Beberapa tips yang dapat dilakukan jika kamu berada dalam hubungan ini adalah sebagai berikut:

  • Menerima dan melaksanakan tanggung jawab masing-masing dengan batasan yang jelas,
  • Motivasi atau kemauan kedua belah pihak untuk saling memperbaiki perilaku,
  • Mengganti kebiasaan dari menyalahkan menjadi lebih saling memahami satu sama lain,
  • Jika dirasa membutuhkan bantuan dari luar, maka disarankan untuk terbuka dan melakukan konseling dengan tenaga ahli. Kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog dari Psikologi Empathy untuk lebih memahami kondisimu saat ini

Pada sesi selanjutnya, peserta diajak untuk melakukan praktik peer counseling dengan berpasangan, dimana mereka berperan menjadi konselor dan konseli. Peserta yang awalnya belum saling mengenal, melalui sesi ini menjadi lebih mengenal pribadi peserta lain. Diberikan waktu beberapa menit untuk mereka berlatih melakukan konseling untuk kemudian dilanjutkan dengan sesi sharing dengan pemateri mengenai hasil konseling yang telah dilakukan.

Penutupan kegiatan setelah sesi praktik Peer Counseling oleh peserta

Salah seorang peserta dari Fakultas Syariah, merasakan bahwa kegiatan seminar dan pelatihan ini memberinya wawasan dan juga praktik yang berkesan, sehingga ke depannya ia akan menjadi lebih peka dan mau mendengarkan orang lain serta tidak mudah men-judge orang hanya dari luarnya saja. Selain itu, diharapkan bahwa kita tidak selalu memberikan label Toxic Relationship jika ada masalah sedikit dalam sebuah hubungan.

Di akhir kegiatan, peserta diajak untuk menuliskan perasaannya dan menempelkannya di sebuah papan yang berjudul “Free to Our Feeling”. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan mahasiswa dapat menjadi lebih memahami mengenai pentingnya hubungan yang sehat serta lebih bisa mendengarkan orang lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *