fbpx
mental health problem

Kesehatan Mental

Istilah kesehatan mental menjadi hal yang seringkali didengar belakangan ini. Kesadaran terhadap hal tersebut menjadi penting saat ini karena adanya pandemi Covid 19 yang menyebabkan berbagai perubahan pada lini kehidupan. Sebagian besar dari penduduk Indonesia bahkan dunia perlu menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini, sehingga mengakibatkan munculnya stres secara psikologis pada individu.

 

Mengenal Istilah Mental Health

Menurut World Health Organization (WHO, 2003), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi diri sendiri. Artinya, individu dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Begitu juga menurut UU Nomor 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa kondisi sehat tidak hanya secara fisik, namun juga mental, spiritual, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif.

Baik kesehatan mental maupun fisik sama-sama memiliki peran yang penting bagi diri individu, hal ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup, cara seseorang berperasaan, berpikir, dan berperilaku.

Pentingnya Sehat Secara Mental

Kesehatan mental memiliki peran penting dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pengakuan atas peran penting kesehatan mental. Salah satu yang menjadi penandanya adalah diperoleh data bahwa depresi adalah salah satu penyebab utama dari ketidakmampuan individu untuk melakukan kegiatan secara produktif. Kemudian, fenomena bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua di antara individu usia 15-29 tahun. Orang dengan kondisi kesehatan mental juga sering mengalami pelanggaran HAM berat, diskriminasi, dan stigma (WHO, 2020).

Stigma Masyarakat

Kesehatan mental adalah hal yang bersifat individual. Hal inilah yang menentukan bagaimana individu dapat menyesuaikan diri untuk bisa berhubungan dengan orang lain, menghadapi stres dan membuat berbagai pilihan hidup. Sayangnya masih banyak anggapan yang salah sehingga menimbulkan stigma terhadap kesehatan mental. Berbicara soal sehat mental, anggapan orang kebanyakan sebagai suatu hal yang stagnan dan berhubungan dengan gangguan jiwa. Jika orang tidak sehat mental maka ia dianggap “gila”. Pada kenyataannya, kesehatan mental tidak hanya berbicara soal gangguan saja, tetapi dapat diibaratkan sebagai sebuah garis kontinum.

Garis Kontinuum

Garis kontinum yang dimaksudkan ialah di sisi kiri untuk orang yang sedang mengalami masalah kesehatan mental dan sisi kanan adalah orang yang sedang dalam kondisi sehat mental. Hal ini dapat diartikan bahwa keadaan mental individu tidak statis hanya di satu titik, namun kondisi individu akan selalu mungkin berubah-ubah. Contohnya, apabila saat ini Anda sedang dapat rezeki dari hasil jerih payah Anda, tentu saat ini kondisi Anda sedang berada di sisi kanan karena merasa bahagia. Sedangkan bila individu sedang berada pada fase stres dan masalah yang rumit, hal ini bisa digambarkan bahwa ia berada di sisi kiri. Dapat diartikan bahwa kesehatan mental dapat bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai kondisi individu pada saat itu.

Bagi sebagian besar orang awam, kesehatan mental tidaklah sepenting fisik. Apabila terdapat masalah tertentu yang membebani secara psikis, kurang ada kesadaran untuk mengakuinya. Hal ini tidak terjadi seperti saat seseorang mengalami sakit, dimana akan segera mencari obat atau pergi ke dokter. Pada kenyataannya, kesehatan mental juga berkaitan dengan kondisi fisik. Secara fisik, sesekali seseorang dapat mengalami flu atau sakit kepala. Begitu pula dengan kesehatan mental, pada kondisi tertentu individu dapat mengalami kejadian yang kurang menyenangkan seperti sedang bersitegang dengan rekan, masalah finansial, masalah pekerjaan / perkuliahan, dsb. Kejadian tersebut dapat mengakibatkan keluhan sakit secara fisik seperti sakit kepala, masalah pencernaan, dada sesak, leher dan punggung kaku, dsb.

 

Hal-hal yang dapat Memengaruhi Kesehatan Mental

Berbagai faktor yag mempengaruhi antara lain termasuk genetika, kondisi fisik, gaya hidup, hubungan dengan orang lain, pekerjaan, faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, pendidikan dan faktor lingkungan lainnya. Begitu juga dengan kondisi saat ibu mengandung, stres dan tekanan dari lingkungan juga dapat menjadi faktor penyebabnya. Keterkaitan antara berbagai faktor tersebut bisa menjadi rumit, sehingga kombinasi dari faktor-faktor yang dialami tersebut sebaiknya akan dapat dicegah di masa kanak-kanak dan remaja, sehingga tidak meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan mental.

 

Cara Menjaga Kesehatan Mental

Terdapat berbagai cara dalam menjaga mental health agar dapat berada di kontinum yang positif. Cara tersebut dapat diawali dengan kegiatan fisik maupun pengaturan terhadap pola pikir dan perasaan. Simak tips berikut ya!

  1. Menjaga kesehatan tubuh dengan menjalani gaya hidup sehat
    (makan-makanan bergizi, tidur cukup, aktif secara fisik, menghindari konsumi alkohol dan obat-obatan terlarang).
  2. Berpikir positif,
    yaitu dengan melakukan kebersyukuran dan memiliki harapan akan masa depan.
  3. Mengelola perasaan,
    dengan cara mengatasi dan mengontrol stres dengan melakukan kegiatan menenangkan.
  4. Berhubungan dengan orang lain,
    dengan menjalin hubungan yang baik terhadap keluarga dan rekan yang ada di sekitar.
  5. Mintalah pertolongan kepada sahabat, keluarga, atau orang-orang tepercaya lainnya
    jika hal-hal di atas belum membantu. Jika perlu, datang ke tenaga kesehatan terlatih  seperti psikolog atau psikiater untuk meminta bantuan secara profesional.

 

Penulis: Qurrota Ayuni Fitriana

Sumber:
https://www.who.int/health-topics/mental-health#tab=tab_2
‍WHO, (2003). The Mental Health Context (Mental health policy and service guidance package). https://www.who.int/mental_health/policy/services/3_context_WEB_07.pdf

Cek artikel kami lainnya di sini ya!

2 thoughts on “Kesehatan Mental”

  1. Pingback: Memahami Toxic Relationship dan Peer Counseling

  2. Pingback: Bahas ODD - Edukasi dan Kolaborasi Anak dengan Orangtua

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *